SAHARA " mari menggapai hidayah bersama sahara"

AtTamr Media Mengucapkan SELAMAT HARI RAYA IDHUL ADHA 1433 H BETEPATAN DENGAN 10 DZULHIJJAH 1433 H/ 26 0KTOBER 2012 MINAL AIDHIN WALF'IDZIN MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN SEMOGA KITA TERMASUK GOLONGAN YANG BERUNTUNG..AMIN

Jumat, 05 Oktober 2012

Sehatkan Jiwa Raga Kita dengan Akhlak Mulia



sakit jiwa zaman selain gangguan saraf juga lemahnya iman dan rendahnya ilmu

“DI DALAM tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat,” begitulah bunyi sebuah jargon yang sangat populer di era 90-an untuk memotivasi murid-murid sekolah antusias berolahraga. Akan tetapi faktanya tidaklah demikian. Tubuh yang sehat sama sekali tidak melambangkan jiwa yang sehat.

Coba lihat para preman, perampok dan penjahat, tidak ada rasanya di antara mereka yang tidak kuat otot dan tubuhnya. Termasuk para koruptor, sama sekali tidak menunjukkan kelemahan fisik. Justru ketika tertangkap KPK tidak lama kemudian, koruptor langsung sakit, itu sudah bukan rahasia.
Menariknya fenomena yang terjadi pada pelajar di Indonesia juga semakin menunjukkan bahwa jargon “Mensana incorporesano” itu tidak bisa diterima akal sehat. Bagaimana tidak, mereka yang terpelajar bahkan mahasiswa kini sangat gemar melakukan tawuran. Ironisnya, pemicu tawuran seringkali hanya karena masalah-masalah sepele.
Mereka lebih suka menggunakan otot daripada otak. Sementara itu, yang menjadi koruptor lebih suka menggunakan hawa nafsu daripada ilmu. Jadi, tanpa sadar bangsa ini telah banyak dilanda penyakit jiwa. Sebuah penyakit yang mendorong manusia berbuat kriminal, amoral, dan irasional.
Mungkin kita masih ingat bagaimana dulu di negeri ini pernah terjadi sebuah peristiwa yang sangat menyesakkan. Seorang ibu rumah tangga tega membunuh tiga anaknya secara bergiliran dalam satu malam. Ketiganya dibunuh dengan cara menekankan bantal ke muka mereka yang masih berusia di bawah 10 tahun.
Dalam pengadilan sang ibu menyatakan bahwa semua itu dilakukan karena terpaksa. Ibu itu dihantui oleh rasa takut yang mendalam akan masa depan ketiga anak-anaknya. Ia tidak mau melihat anak-anaknya nanti hidup susah dan menderita. Ironisnya, sang ibu itu bersama suaminya, ternyata tidak termasuk orang yang benar-benar miskin.
Oleh karena itu, hidup di zaman modern ini kita tidak saja perlu mewaspadai datangnya penyakit fisik dalam diri kita dan keluarga kita. Tetapi juga harus mewaspadai datangnya penyakit jiwa dalam hati kita semua. Yang ternyata dampak penyakit jiwa jauh lebih besar dan lebih serius daripada sekedar penyakit fisik.
Ustadz Abdullah Said, pendiri organisasi Hidayatullah dalam sebuah rekaman taushiyahnya pernah mengatakan, “Kalau kita mengalami sakit fisik, paling kita akan loyo dan akhirnya meninggal dunia. Berbeda kalau halnya ruhani (jiwa) yang sakit. Kita tidak akan semakin loyo tapi akan semakin beringas, semakin bernafsu, dan semakin gemar melakukan kejahatan-kejahatan.”
Fenomena penyakit jiwa ini mengalami peningaktan secara pasti. Bahkan yang terserang penyakit ini bukan saja kalangan broken-home, anak-anak terlantar, kelompok ekonomi lemah, tetapi juga banyak dari keluarga baik-baik, dari lingkungan terpandang, dari kalangan berekonomi menengah ke atas, bahkan dari kalangan agamawan.
Lebih dari itu, sakit jiwa di zaman ini tidak lagi hanya seperti anggapan umum selama ini yang menunjukkan adanya gangguan saraf atau otak. Tetapi lebih karena lemahnya iman-takwa, rendahnya ilmu dan tipisnya ketawakkalan kepada Allah SWT.
Semua itu terjadi karena kurang seriusnya (mujahadah) sebagian besar dari umat Islam sendiri memahami dan mengamalkan ayat-ayat Al-Qur’an yang sangat komprehensif menembus dimensi intelektual, emosional, dan spiritual.
Di sinilah momentum yang tepat bagi seluruh umat Islam untuk menunjukkan Islam sebagai solusi atas segala problematika kehidupan manusia; terutama masalah kesehatan jiwa dan raga. Yang ternyata untuk sehat jiwa raga itu, di dalam Islam tidak perlu harus dengan biaya tinggi dan ilmu yang rumit. Ajaib sekali, cukup dengan berakhlak mulia dan konsisten di atas ajaran Islam agar berhasil menjadi hamba Allah yang mendapatkan rahmat dari-Nya.

Dua Jenis Penyakit Jiwa
Dua jenis penyakit jiwa itu adalah penyakit syubhat dan penyakit syahwat. Kedua-duanya disebutkan di dalam Al-Qur’an.
Terkait dengan penyakit syubhat dapat dilihat dalam firman-Nya;
فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللّهُ مَرَضاً وَلَهُم عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
 “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakit mereka.” (QS. Al-Baqarah [2] : 10).
Kemudian,

وَمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلَّا فِتْنَةً لِّلَّذِينَ كَفَرُوا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَاناً وَلَا يَرْتَابَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْمُؤْمِنُونَ وَلِيَقُولَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ
 وَالْكَافِرُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ
“Supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?" (QS. Al Muddatsts [74] : 31).

Adapun terkait dengan penyakit syahwat dapat dilihat dalam firman-Nya;
يَا نِسَاء النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِّنَ النِّسَاء إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلاً مَّعْرُوفاً
“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (QS.Ahzab [33] : 32).

Kemudian Rasulullah juga menjelaskan bahwa “Sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging yang apabila berkualitas baik, maka seluruh tubuh menjadi baik. Dan apabila berkualitas buruk, maka seluruh tubuh akan menjadi buruk. Ingatlah, segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari).
Dengan demikian maka dapat dipahami bahwa, sebagai pusat kendali jiwa dan raga, hati sangat menentukan kesehatan jiwa dan raga seseorang. Sosok kejiwaan seseorang yang mengalami krisis atau penodaan, yang mendorongya berbuat maksiat kepada Allah, sebenarnya bersumber dari kerusakan hati.
Seperti penderita paranoid, sejatinya itu berawal dari kondisi hati yang kurang tabah atau tidak memiliki Adversity Quoetient yang mendorongya mampu menghadapi cobaan atau situasi sulit dalam kehidupannya.
Akhirnya hatinya selalu diliputi prasangka buruk terhadap Allah. Jika dibiarkan, perasaan negatif itu akan terus-menerus menodai hati, sehingga jiwa seseorang menjadi sangat ringkih, overprotektif, dan akhirnya menjadi paranoid.

Berakhlak Mulia
Penyakit jiwa ternyata bersumber dari hati. Jika demikian maka jenis penyakit ini cukup populer bagi kita. Seperti sifat takabbur (sombong, angkuh, pongah), bakhil, tidak peduli dosa, dan mudah putus asa. Dan, semua jenis penyakit tadi dapat menjerumuskan penderitanya ke dalam neraka.
Takabbur misalnya, yang menjadi pemicu terjadinya pertikaian, perkelahian sampai tawuran adalah jenis penyakit yang menghalangi kita bisa masuk surga.
“Orang yang dalam hatinya terdapat, walau, hanya sebiji dzarrah ketakabburan, tidak akan masuk surga.”(HR. Muslim).
Takabbur adalah kondisi hati yang miskin dari rasa kehambaan sebagai akibat dari kebodohan. Oleh karena itu sombong dalam Islam tidak saja merujuk pada kepongahan dan keangkuhan, tetapi juga pada keengganan seorang Muslim beribadah secara sungguh-sungguh kepada Allah SWT.
Sifat takbbur juga mendorong manusia tidak siap menghadapi kekalahan, kegagalan, kebangkrutan atau keterpurukan. Selain itu juga melahirkan sikap iri dengki yang menunjukkan ketidakmauannya mengakui keunggulan dan keberhasilan orang lain. Semua orang dimatanya adalah rendah dan hina. Akibatnya ia menolak kebenaran dan suka sekali merendahkan orang lain yang dibencinya.
Orang takabbur akan mudah mengalami tekanan jiwa. Ia terpukul bila melihat saudaranya seiman lebih baik dari dirinya. Ia akan merasa terpuruk, saat banyak orang berbuat baik seperti dirinya. Sebaliknya, ia akan sangat senang bila melihat orang yang berpotensi baik terjebak dalam kesusahan, kemiskinan, dan kesengsaraan.
Jika takabbur itu dimiliki penguasa, maka dia akan sengsarakan orang yang tidak sesuai dengan seleranya, memenuhi hajatnya, atau memuaskan ambisi-ambisinya.
Bila ia orang kaya ia akan berusaha menjatuhkan yang lain. Jika dia orang miskin dia selalu merasa tetap lebih baik, meski sebenarnya tak berdaya berbuat apa-apa.
Jadi, yang harus kita lakukan adalah berusaha menjadi Muslim yang benar-benar meneladani Rasulullah dengan akhlak mulianya. Ketika mendapat perintah dari Allah beliau menjalankan dengan kesungguhan. Ketika dilarang melakukan suatu hal, beliau juga berusaha meninggalkannya. Ketika ada orang yang menghinanya, beliau bersabar atas semuanya. Ketika ada orang yang berbuat salah terhadapnya, beliau memaafkan. Semua itu tiada lain agar Allah menurunkan rahmat-Nya. Dan, tiadalah kesehatan jiwa raga bagi kita akan sempurna, selain karena Allah telah mencurahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظّاً غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ
الْمُتَوَكِّلِي

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imron [3] : 159). Imam Nawawi


Kamis, 04 Oktober 2012

SEJARAH ISLAM


PERANG YARMUK
Pertempuran Yarmuk (Arab: معركة اليرموك) adalah perang antara Muslim Arab dan Kekaisaran Romawi Timur pada tahun 636. Pertempuran ini, oleh beberapa sejarawan, dipertimbangkan sebagai salah satu pertempuran penting dalam sejarah dunia, karena dia menandakan gelombang besar pertama penaklukan Muslim di luar Arab, dan cepat masuknya Islam ke PalestinaSuriah, danMesopotamia yang rakyatnya menganut agama Kristen. Pertempuran ini merupakan salah satu kemenangan Khalid bin Walid yang paling gemilang, dan memperkuat reputasinya sebagai salah satu komandan militer dan kavaleri paling brilian di zaman Pertengahan. Pertempuran ini terjadi pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, khalifah Rasyidin kedua.
Pertempuran ini terjadi empat tahun setelah Nabi Muhammad meninggal pada 632. Dia dilanjutkan oleh khalifah pertama, Abu Bakar, yang mencoba membawa seluruh bangsa yang bertutur bahasa Arab di bawah kendali Muslim. Pada 633 pasukan Muslim menyerang Suriah, dan setelah berbagai penghadangan dan pertempuran kecil berhasil merebut Damaskus pada 635Kaisar Romawi TimurHeraclius mengatur sebuah pasukan sekitar 40.000 orang setelah mengetahui lepasnya Damaskus dan Emesa. Pergerakan pasukan Romawi Timur yang besar ini, menyebabkan Muslim di bawah Khalid ibn Walid meninggalkan kota-kota, dan mundur ke selatan menuju Sungai Yarmuk, sebuah penyumbang Sungai Yordan.
Sebagian pasukan Romawi Timur di bawah Theodore Sacellarius dikalahkan di luar Emesa. Muslim di bawah Khalid ibn Walid bertemu komandan Romawi Timur lainnya, Baänes di lembah Sungai Yarmuk pada akhir Juli. Baänes hanya memiliki infantri untuk melawankavaleri ringan Arab, karena Theodor telah mengambil kebanyakan kavaleri bersamanya. Setelah sebulan pertempuran kecil-kecilan, tanpa aksi yang menentukan, kedua pasukan akhirnya berkonfrontasi pada 20 Agustus.
Menurut sumber Muslim, datanglah pertolongan Allah SWT. kepada tentara Islam dengan berhembusnya angin selatan yang kuat meniup awan debu ke muka orang Kristen, kejadian ini sama persis seperti yang terjadi pada pasukan persia dalam pertempuran Qadisiyyah. Prajurit menjadi lesu di bawah panas matahari Agustus. Meskipun begitu Khalid terdorong mundur, namun meskipun jumlah pasukannya hanya setengah prajurit Romawi Timur, mereka lebih bersatu dari pada pasukan multinasional Tentara Kekaisaran yang terdiri dari orang ArmeniaSlaviaGhassanid dan juga pasukan Romawi Timur biasa.
Menurut beberapa sumber, Muslim berhasil memengaruhi unsur-unsur di pasukan Romawi Timur untuk beralih sisi, tugas ini dipermudah oleh kenyataan bahwa Kristen Arab, Ghassanid, belum dibayar selama beberap bulan dan yang Kristen Monofisitnyaditekan oleh Ortodoks Romawi Timur. Sekitar 12.000 Arab Ghassanid membelot. Kemajuan pasukan Kristen di sisi kanan, menuju kamp berisi wanita Arab dan keluarganya, akhirnya diusir dengan bantuan dari beberapa wanita Arab. Dan memperbaharui serangan-balik. Kebanyakan prajurit Baänes dikepung dan dibantai, atau digiring menuju kematiannya di sebuah jurang terjal. Sebagai hasilnya, seluruh Suriah terbuka bagi Muslim Arab. Damaskus direbut kembali oleh Muslim dalam waktu sebulan, dan Yerusalem jatuh tidak lama kemudian.
Ketika bencana ini terdengar Heraclius di Antioch, dinyatakan dia mengucapkan selamat tinggal kepada Suriah, berkata, "Selamat tinggal Suriah, provinsiku yang indah. Kau adalah seorang musuh sekarang"; dan meninggalkan Antiokia ke Konstantinopel. Heraclius mulai memusatkan pasukannya untuk mempertahankan Mesir.
sumber : http://www.wikipedia.org

[sunting]

Membangun Akal Raksasa dengan Kecerdasan Qurani


Membangun Akal Raksasa dengan Kecerdasan Qurani
Kecerdasan qurani identik dengan kecerdasan tingkat tinggi - supra rasional
Oleh: Shalih Hasyim
DALAM episode sejarah kehidupannya, sekalipun Muhammad dipersiapkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala selama empat puluh tahun lamanya untuk menjadi komunikator-Nya, terbukti belum cukup. Segudang pengalaman, meliputi pengalaman spiritual, psikologi, diplomasi, pekerja sosial, militer, parenting, pemimpin, figur publik,  tidak memadai sebagai modal untuk dijadikan problem solving dalam menterapi patologi sosial yang menjangkiti bangsanya pada stadium akut.

وَوَجَدَكَ ضَالّاً فَهَدَى
“Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk." (QS. Adh Dhuha (93) : 7)

Bingung yang dimaksud adalah kebingungan – kehilangan arah/rute -  untuk memperoleh kebenaran mutlak (al-Haqiqah al-Muthlaqah) yang tidak bisa dicapai oleh akal pikiran, lalu Allah menurunkan wahyu kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassalam sebagai jalan untuk memimpin ummat (masyarakat jahiliyah yang terjangkiti penyakit moral – minum-minuman keras, membunuh, mencuri, main judi, makan riba, main perempuan) menuju kebaikan di dunia dan keselamatan di akhirat.

Itulah sebabnya, beliau senang berkhalwat (menyendiri) selama tiga tahun untuk mengadakan perenungan yang luar biasa (untuk mencari solusi mengatasi kerumitan masyarakat jahiliyah)  di Gua Hira.
Dan ketika struktur kepribadiannya sudah matang menurut penilaian-Nya, Allah Subhanahu Wata’ala berkenan menurunkan kepadanya wahyu Al-Quran. Yang berisi perintah dan larangan yang terasa berat dipikul secara pisik dan jiwa. Ternyata, keunggulan isi al-Quran  baru fungsional sebagai petunjuk jika didukung kehebatan pelakunya. Konsep yang agung memerlukan pelaksana yang sepadan dengan kemuliaannya.

“Kalau Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.” (QS. Al Hasyr (59) : 21).
“Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat digoncangkan atau bumi Jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara, (tentulah Al Quran Itulah dia). Sebenarnya segala urusan itu adalah kepunyaan Allah. Maka tidakkah orang-orang yang beriman itu mengetahui bahwa seandainya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya. dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sehingga datanglah janji Allah. sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.” (QS. Ar Ra’du (13) : 31)

Ahli tafsir mengatakan ”Al-Quran la yunthiq walakin yunthiquhur rijal” (Al-Quran tidak dapat berbicara (hanya berupa tulisan yang kering), tetapi yang mengucapkannya dengan lantang adalah manusia).

Jadi, Al-Quran adalah petunjuk kehidupan yang diturunkan Allah untuk Muhammad dan seluruh umat manusia. Bukan diturunkan untuk orang yang telah meninggal dunia. Sebagai pemandu tata kelola dan tata laksana kehidupan (manhajul hayah) agar memperoleh kebahagiaan dan keselamatan di dua tempat (sa’adatud daraini – di dunia dan akhirat).
Hanya saja yang perlu menjadi titik tekan (stressing) disini Allah tidak membatasi wahyu yang terakhir sebagai petunjuk peribadatan (hablun minallah) ansich. Atau hanya mengandung ayat-ayat hukum, sejarah, etika, atau dimensi keilmuan yang lain. Jika Al-Quran hanya kita pandang sebagai ilmu, kekayaan intelektual, maka apa bedanya dengan ilmu yang lain ?. Tetapi memuat rumusan yang jitu untuk sukses dalam menjalin komunikasi dengan Allah Subhanahu Wata’ala, sesama manusia dan makhluk lainnya serta terhadap alam semesta.

Ketika wahyu yang pertama kali diturunkan, yakni surah al-Alaq (96)  ayat 1-5, Al-Quran justru meletakkan prinsip/landasan berpikir dan bertindak yang amat penting bagi manusia, yaitu ilmu pengetahuan. Membaca adalah langkah awal menuju ditemukannya berbagai ilmu pengetahuan, dan itulah perintah pertama (sebelum perintah yang lain) yang diturunkan Tuhan melalui wahyu yang pertama turun.
Dengan perintah membaca yang diulangi dua kali mengajarkan, sesungguhnya sekalipun obyek bacaan hanya itu-itu saja akan melahirkan inspirasi, tafsir, ide, cara pandang  baru dari yang sudah ada. Dan itulah diantara keunggulan wahyu Allah SWT. Berbagai penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan akan terjadi jika proses membaca dilakukan secara berkesinambungan dan berkelanjutan.

Syeikh Muhammad Abduh mengatakan, “berbeda dengan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya, al-Quran bagaikan gadis (belum disentuh oleh campur tangan tangan jahil manusia), jika dibaca secara terus-menerus akan melahirkan makna-makna baru dari sebelumnya.”
Dengan ayat pertama itu sekaligus mengandung petunjuk bagaimana seharusnya manusia itu membaca. Dalam melakukan aktifitas membaca melazimkan adanya proses spiritual (riyadhah dan mujahadah – olah batin - )  terlebih dahulu. Yakni bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dalam membaca obyek bacaan apa saja, hendaknya berpijak pada tuntunan, bimbingan dan arahan Allah Subhanahu Wata’ala (taujih ilahi), bukan berdasarkan pikiran manusia belaka. Karena firman Tuhan yang maha mutlak kebenarannya (al-Haqiqah al-Muthlaqah) memiliki cara sendiri, bagaimana seharusnya ia dipahami. Dengan cara demikian akan melahirkan ilmuan yang didahului oleh kesadaran ilahiyah dalam dirinya. Tanpa bimbingan-Nya.
Nabi Ibrahim, sekalipun manusia pilihan Allah SWT, terbukti tidak bisa menemukan Tuhannya, tanpa arahan dan bimbingan dari-Nya.

Masih dalam wahyu pertama turun itu, Al-Quran telah memberi isyarat obyek bacaan yang amat penting. Yaitu penciptaan manusia dari segumpal darah (min ‘alaq). Bagaimana kejelasan eksistensi manusia lebih lanjut, manusia dipersilahkan oleh Tuhan untuk membacanya (mengadakan penelitian) lebih jauh sehingga menemukan ilmu pengetahuan tentang embriologi. Manusia diarahkan untuk melihat ke atas (langit), ke tengah (diri sendiri) dan ke bawah (bumi dan seisinya serta tempat kembali manusia). Melihat ke tiga arah tersebut mengantarkan manusia menjadi fisikawan, embriologi dan ahli geologi.
Demikianlah sekedar sebuah contoh untuk menunjukkan bahwa Al-Quran petunjuk kehidupan manusia yang perlu terus digali  kandungan maknanya, baik secara tekstual dan kontekstual.
Jika terus digali dan dielaborasi kandungan maknanya dan tidak dibatasi atau berhenti pada masalah-masalah ushul – prinsip-prinsip yang tidak berubah saja -  (aqidah, ibadah dan akhlak), tetapi pula masalahfuru’ (tidak prinsip), Al-Quran potensial membuat umat Islam menjadi cerdas dalam memahami, memilah-milah, mengurai (ahlul halli wal ‘aqdi) dan menyikapi berbagai persoalan dalam kehidupan ini.
  
Imam Nawawi mengatakan,”Al-Quran Hammalatul Makna” (Al-Quran mengandung kedalaman makna yang terus berkembang mengikuti dinamika zaman).

Jika kemampuan itu dimiliki, itulah yang dinamakan sebagai kecerdasan Qurani atau Quranic Quotient. Kecerdasan qurani identik dengan kecerdasan tingkat tinggi - supra rasional, kemampuan untuk memahami dan menyikapi sesuatu hal (keadaan/masalah) dengan cara pandang Al-Quran. Pendengaran, penglihatan, hati dan instrumen lain yang dikaruniakan oleh Allah SWT mengalami disfungsi jika disconnect terhadap kalimatullah (ayat-ayat quraniyah) dan khalqullah (ayat-ayat kauniyah).


أَفَمَن يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُواْ الأَلْبَابِ
الَّذِينَ يُوفُونَ بِعَهْدِ اللّهِ وَلاَ يِنقُضُونَ الْمِيثَاقَ
وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ الحِسَابِ
وَالَّذِينَ صَبَرُواْ ابْتِغَاء وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقَامُواْ الصَّلاَةَ وَأَنفَقُواْ مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرّاً وَعَلاَنِيَةً وَيَدْرَؤُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُوْلَئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ
جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ وَالمَلاَئِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِم مِّن كُلِّ بَابٍ

“Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran,. (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian,. dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan[tali silaturrahim], dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang Itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu." (QS. Ar-Ra’du (13) : 19-23).

Umat Islam akan dapat hidup at home – sejahtera lahir dan batin - makan kenyang, pakaian lengkap, tidur nyenyak, hunian yang layak. Mereka hidup benar-benar sesuai dengan tuntunan Al-Quran dalam menghadapi pasang-surut (naik-turun kehidupan) dan dalam kondisi apapun dan bagaimanapun, bila memiliki dan mendayagunakan kecerdasan qurani. Jadi, kecerdasan qurani adalah alat yang efektif dan efisien dalam menghadapi fluktuasi dan dinamika zaman dan persoalan yang menyertainya. Sesuatu yang ironis, kenyataan membuktikan dan menunjukkan bahwa dewasa ini umat Islam sendiri masih sangat awam dan mayoritas jauh dari Al-Quran.
Realitas yang timpang tersebut, umat islam sudah waktunya digalakkan terus untuk memperbaiki dalam berinteraksi dengan Al-Quran, dibimbing untuk dekat dengannya, membaca dan memahami kandungannya. Dengan cara itulah Al-Quran berhasil merekonstruksi pola pikir, hati dan perilaku umat Islam yang pertama (as-Sabiqun al-Awwalun). Itulah dasar bagi dibangunnya kecerdasan qurani itu.

Ayat-ayat tanziliyah dan ayat-ayat kauniyah

Bertolak dari pemikiran diatas betapa pentingnya dibangun dan ditumbuh kembangkan kecerdasan qurani itu. Kecerdasan qurani harus dimulai sejak dini (ketika panca indranya dan indra lainnya belum terkontaminasi oleh residu lingkungan sosialnya), terus berkelanjutan dan terprogram.
Mungkinkah kita memperoleh kecerdasan qurani tanpa mentadabburi kandungannya, sebagaimana yang diisyaratkan firman Allah Subhanahu Wata’ala di awal tulisan ini?    Potensi penglihatan, pendengaran, hati, yang tidak diberdayakan untuk berinteraksi dengan ayat-ayat tanziliyah dan ayat-ayat kauniyah yang digelar di setiap ufuk, akan mengalami disfungsi. Yakni, tuli dalam mendengarkan kebenaran wahyu, bisu dalam mengucapkan kebenaran wahyu dan buta dalam melihat kebenaran wahyu.
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-Araf (7) : 179).

“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang (munafik) vang berkata "Kami mendengarkan [hatinya mengingkarinya], Padahal mereka tidak mendengarkan. Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah; orang-orang yang pekak dan tuli [tidak mau mendengar, menuturkan dan memahami kebenaran] yang tidak mengerti apa-apapun.” (QS. Al-Anfal (8) : 21-22).

Kecerdasan qurani melebihi/mengungguli/mengatasi kecerdasan yang pada umumnya dimiliki manusia, yaitu kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual. Jika kecerdasan spektakuler ini dimiliki oleh seseorang, maka akan  mencerdaskan pikirannya, menghaluskan hati dan perasaannya dan menggerakkan pisiknya untuk berjihad di jalan-Nya.
Dengan konsisten (istiqamah)  dan komitmen (iltizam) terhadap nilai-nilai yang diserap dari Al-Quran akan melahirkan kehidupan individu yang sejahtera lahir dan batin (hayatan thayyibah), keluarga sakinah,mawaddah wa rahmah, masyarakat yang penuh berkah – tumbuh dan berkembang dalam kebaikan (qaryah mubarakah), negeri yang aman (baladan amina), beberapa negeri yang makmur diliputi ampunan Tuhan Yang Maha Pengampun (baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur). Wallahu a’lam bish-shawab.*

hidayatullah.com


INDAHNYA HIDAYAH


Diam's Rapper Prancis yang Kini Berjilbab
 
Rabu, 04 Oktober 2012 
Hidayatullah.com--Saat Hijab menjadi perdebatan di Perancis seorang penyanyi rapp Perancis yang dikenal dengan nama populernya Diam’s muncul di kanal TF 1 untuk mengumumkan keislamannya dengan menggunakan jilbab, demikian lansir Al Arabiya (1/9/2012).
Setelah tiga tahun tidak muncul di dunia hiburan Melanie Gorgiades yang populer dengan nama Diam’s muncul dengan penampilan yang benar-benar berbeda. Mulai tahun 2009 perubahan penampilan Diam’s mulai terlihat, dimana penyayi rap yang biasa terlihat mengenakan kaus singlet dan kepala dengan rambut dicukur pendek ini mulai mengenakan penutup kepala di banyak kesempatan. Dan terakhir wanita yang pernah menyabet penghargaan dari MTV Eropa tahun 2006 ini muncul ke publik dengan menggunakan jilbab.
Diam’s dikenal sebagai seorang penyayi rapp keras yang menghentak-hentak itu kini memiliki pembawaan yang tenang dan telah menikah serta menjadi seorang ibu. Dan keputusannya untuk memeluk Islam adalah keputusan pribadi setelah ia mempelajari Islam dan membaca Al Qur`an.

Rabu, 03 Oktober 2012

FOTO MASJIDIL HARAM
















BIOGRAFI IMAM AHMAD BIN HAMBAL


AL-IMAM AHMAD BIN HANBAL Tauladan dalam Semangat dan Kesabaran

Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata: “Ahmad bin Hanbal adalah seorang tauladan dalam 8 hal: tauladan dalam bidang hadits, fiqih, bahasa arab, Al-Qur’an, kefakiran, zuhud, wara’ dan dalam berpegang teguh dengan sunnah Nabi shalallahu’alaihi wa sallam.
Kunyah dan Nama Lengkap beliau rahimahullah
Beliau adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris bin Abdillah bin Hayyan bin Abdillah bin Anas bin ‘Auf bin Qosith bin Mazin bin Syaiban Adz Dzuhli Asy-Syaibani Al-Marwazi Al-Baghdadi.
Lahir pada bulan Rabi’ul Awal tahun 164 Hijriyah di kota Marwa. Beliau lebih dikenal dengan Ahmad bin Hanbal, disandarkan kepada kakeknya. Karena sosok kakeknya lebih dikenal daripada ayahnya. Ayahnya meninggal ketika beliau masih berusia 3 tahun. Kemudian sang ibu yang bernama Shafiyah binti Maimunah membawanya ke kota Baghdad. Ibunya benar-benar mengasuhnya dengan pendidikan yang sangat baik hingga beliau tumbuh menjadi seorang yang berakhlak mulia.
Perjalanan beliau dalam menuntut ilmu
Sungguh mengagumkan semangat Al-Imam Ahmad bin Hanbal di dalam menuntut ilmu. Beliau hafal Al-Qur’an pada masa kanak-kanak. Beliau juga belajar membaca dan menulis. Semasa kecil beliau aktif mendatangi kuttab (semacam TPA di zaman sekarang).
Kemudian pada tahun 179 Hijriyah, saat usianya 15 tahun, beliau memulai menuntut ilmu kepada para ulama terkenal di masanya. Beliau awali dengan menimba ilmu kepada para ulama Baghdad, di kota yang ia tinggali.
Di kota Baghdad ini, beliau belajar sejumlah ulama, diantaranya:
1. Al-Imam Abu Yusuf,  murid senior Al-Imam Abu Hanifah.
2. Al-Imam Husyaim bin Abi Basyir. Beliau mendengarkan dan sekaligus menghafal banyak hadits darinya selama 4 tahun.
3. ‘Umair bin Abdillah bin Khalid.
4. Abdurrahman bin Mahdi.
5. Abu Bakr bin ‘Ayyasy.
Pada tahun 183 Hijriyah pada usia 20 tahun, beliau pergi untuk menuntut ilmu kepada para ulama di kota Kufah. Pada tahun 186 H beliau belajar ke Bashrah. Kemudian pada tahun 187 H beliau belajar kepada Sufyan bin ‘Uyainah  di Qullah,  sekaligus menunaikan ibadah haji yang pertama kali. Kemudian pada tahun 197 H beliau belajar kepada Al-Imam ‘Abdurrazaq Ash Shan’ani di Yaman bersama Yahya bin Ma’in.
Yahya bin Ma’in menceritakan: “Aku keluar ke Shan’a bersama Ahmad bin Hanbal untuk mendengarkan hadits dari ‘Abdurrazaq Ash Shan’ani. Dalam perjalanan dari Baghdad ke Yaman, kami melewati Makkah. Kami pun menunaikan ibadah haji. Ketika sedang thawaf, tiba-tiba aku berjumpa dengan ‘Abdurrazaq, beliau sedang thawaf di Baitullah. Beliau sedang menunaikan ibadah haji pada tahun itu. Aku pun mengucapkan salam kepada beliau dan aku kabarkan bahwa aku bersama Ahmad bin Hanbal. Maka beliau mendoakan Ahmad dan memujinya. Yahya bin Ma’in melanjutkan, “Lalu aku kembali kepada Ahmad dan berkata kepadanya, “Sungguh Allah telah mendekatkan langkah kita, mencukupkan nafkah atas kita, dan mengistirahatkan kita dari perjalanan selama satu bulan. Abdurrazaq ada di sini. Mari kita mendengarkan hadits dari beliau!”
Maka Ahmad berkata, “Sungguh tatkala di Baghdad aku telah berniat untuk mendengarkan hadits dari ‘Abdurrazaq di Shan’a. Tidak demi Allah, aku tidak akan mengubah niatku selamanya.’ Setelah menyelesaikan ibadah haji, kami berangkat ke Shan’a. Kemudian habislah bekal Ahmad ketika kami berada di Shan’a. Maka ‘Abdurrazaq menawarkan uang kepadanya, tetapi dia menolaknya dan tidak mau menerima bantuan dari siapa pun. Beliau pun akhirnya  bekerja membuat tali celana dan makan dari hasil penjualannya.” Sebuah perjalanan yang sangat berat mulai dari Baghdad (‘Iraq) sampai ke Shan’a (Yaman). Namun beliau mengatakan: “Apalah arti beratnya perjalanan yang aku alami dibandingkan dengan ilmu yang aku dapatkan dari Abdurrazaq.”
Al-Imam Abdurrazaq sering menangis jika disebutkan nama Ahmad bin Hanbal dihadapannya, karena teringat akan semangat dan penderitaannya dalam menuntut ilmu serta kebaikan akhlaknya.
Beliau melakukan perjalanan dalam rangka menuntut ilmu ke berbagai negeri seperti Syam, Maroko, Aljazair, Makkah, Madinah, Hijaz, Yaman, Irak, Persia, Khurasan dan berbagai daerah yang lain. Kemudian barulah kembali ke Baghdad.
Pada umur 40 tahun, beliau mulai mengajar dan memberikan fatwa. Dan pada umur tersebut pula beliau menikah dan melahirkan keturunan yang menjadi para ulama seperti Abdullah dan Shalih. Beliau tidak pernah berhenti untuk terus menuntut ilmu. Bahkan, walaupun usianya telah senja dan telah mencapai tingkatan seorang Imam, beliau tetap menuntut ilmu.
Guru-guru beliau
Beliau menuntut ilmu dari para ulama besar seperti Husyaim bin Abi Basyir, Sufyan bin Uyainah, Al-Qadhi Abu Yusuf, Yazid bin Harun, Abdullah bin Al-Mubarak, Waki’, Isma’il bin ‘Ulayyah, Abdurrahman bin Mahdi, Al-Imam Asy-Syafi’i, Abdurrazaq, Muhammad bin Ja’far (Ghundar), Jarir bin Abdul Hamid, Hafsh bin Ghiyats, Al-Walid bin Muslim, Yahya bin Sa’id Al-Qaththan, Abu Nu’aim Al-Fadhl bin Dukain dan lain-lain.
Al-Imam Adz Dzahabi menyebutkan dalam kitab As-Siyar, jumlah guru-guru Al-Imam Ahmad yang beliau riwayatkan dalam Musnadnya lebih dari 280 orang.
Murid-murid beliau
Para ulama yang pernah belajar kepada beliau adalah para ulama besar pula seperti Muhammad bin Yahya Adz-Dzuhli, Al-Imam Al-Bukhari, Al-Imam Muslim, Abu Dawud, An-Nasai, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Abu Zur’ah, Abu Hatim Ar-Razi, Abu Qilabah, Baqi bin Makhlad, Ali bin Al-Madini, Abu Bakr Al-Atsram,  Shalih dan Abdullah (putra beliau), dan sejumlah ulama besar lainnya.
Bahkan yang dulunya pernah menjadi guru-guru beliau, kemudian mereka meriwayatkan hadits dari beliau seperti Al-Imam Abdurrazaq, Al-Hasan bin Musa Al-Asyyab, Al-Imam Asy-Syafi’i.
Al-Imam Asy-Syafi’i ketika meriwayatkan dari Al-Imam Ahmad tidak menyebutkan namanya bahkan dengan gelarnya, “Telah menghaditskan kepadaku Ats-Tsiqat (seorang yang terpercaya).
Demikian pula teman-temannya seperjuangan dalam menuntut ilmu, mereka juga meriwayatkan dari beliau, seperti Yahya bin Ma’in.
Ahlak dan Ibadah Beliau rahimahullah
Pertumbuhan beliau berpengaruh terhadap kematangan dan kedewasaannya. Sampai-sampai sebagian ulama menyatakan kekaguman akan adab dan kebaikan akhlaknya, “Aku mengeluarkan biaya untuk anakku dengan mendatangkan kepada mereka para pendidik agar mereka mempunyai adab, namun aku lihat mereka tidak berhasil. Sedangkan ini (Ahmad bin Hanbal) adalah seorang anak yatim, lihatlah oleh kalian bagaimana dia!”
Beliau adalah seorang yang menyukai kebersihan, suka memakai pakaian berwarna putih, paling perhatian terhadap dirinya, merawat dengan baik kumisnya, rambut kepalanya dan bulu tubuhnya.
Orang-orang yang hadir di majelis beliau tidak sekedar menimba ilmunya saja bahkan kebanyakan mereka hanya sekedar ingin mengetahui akhlaq beliau.
Majelis yang diadakan oleh beliau dihadiri oleh sekitar 5000 orang. Yang mencatat pelajaran yang beliau sampaikan jumlahnya adalah kurang dari 500 orang. Sementara sisanya sekitar 4500 orang tidak mencatat pelajaran yang beliau sampaikan namun sekedar memperhatikan akhlak dan samt (baiknya penampilan dalam perkara agama) beliau.
Yahya bin Ma’in berkata: “Aku tidak pernah melihat orang yang seperti Ahmad. Kami bersahabat dengannya selama 50 tahun. Dan belum pernah kulihat ia membanggakan dirinya atas kami dengan sesuatu yang memang hal itu ada pada dirinya.”
Beliau juga sangat benci apabila namanya disebut-sebut (dipuji) di tengah-tengah manusia, sehingga beliau pernah berkata kepada seseorang: “Jadilah engkau orang yang tidak dikenal, karena sungguh aku benar-benar telah diuji dengan kemasyhuran.”
Beliau menolak untuk dicatat fatwa dan pendapatnya. Berkata seseorang kepada beliau: “Aku ingin menulis permasalahan-permasalahan ini, karena aku takut lupa.” Berkata beliau: “Sesungguhnya aku tidak suka, engkau mencatat pendapatku.”
Beliau adalah seorang yang sangat kuat ibadahnya. Putra beliau yang bernama Abdullah menceritakan tentang kebiasaan ayahnya: ” Dahulu ayahku shalat sehari semalam sebanyak 300 rakaat. Dan tatkala kondisi fisik beliau mulai melemah akibat pengaruh dari penyiksaan yang pernah dialaminya maka beliau hanya mampu shalat sehari semalam sebanyak 150 rakaat.”
Abdullah mengatakan: “Terkadang aku mendengar ayah pada waktu sahur mendoakan kebaikan untuk beberapa orang dengan menyebut namanya. Ayah adalah orang yang banyak berdoa dan meringankan doanya. Jika ayah shalat Isya, maka ayah membaguskan shalatnya kemudian berwitir lalu tidur sebentar kemudian bangun dan shalat lagi. Bila ayah puasa, beliau suka untuk menjaganya kemudian berbuka  sampai waktu yang ditentukan oleh Allah. Ayah tidak pernah meninggalkan puasa Senin-Kamis dan puasa ayyamul bidh (puasa tiga hari, tanggal 13, 14, 15 dalam bulan Hijriyah).
Dalam riwayat lain beliau berkata: “Ayah membaca Al-Qur’an setiap harinya 1/7 Al-Qur’an. Beliau tidur setelah Isya dengan tidur yang ringan kemudian bangun  dan menghidupkan malamnya dengan berdoa dan shalat.
Suatu hari ada salah seorang murid beliau menginap di rumahnya. Maka beliau menyiapkan air untuknya (agar ia bisa berwudhu). Maka tatkala pagi harinya, beliau mendapati air tersebut masih utuh, maka beliau berkata: “Subhanallah, seorang penuntut ilmu tidak melakukan dzikir pada malam harinya?”
Beliau telah melakukan haji sebanyak lima kali, tiga kali diantaranya beliau lakukan dengan berjalan kali dari Baghdad dan pada salah satu hajinya beliau pernah menginfakkan hartanya sebanyak 30 dirham.
Ujian yang menimpa beliau
Beliau menerima ujian yang sangat berat dan panjang selama 3 masa kekhalifahan yaitu Al-Ma’mun, Al-Mu’tashim, dan Al-Watsiq. Beliau dimasukkan ke dalam penjara kemudian dicambuk atau disiksa dengan berbagai bentuk penyiksaan. Itu semua beliau lalui dengan kesabaran dalam rangka menjaga kemurnian aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, yaitu Al-Qur’an adalah kalamullah dan bukan makhluk. Di masa itu, aqidah sesat yang menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk (bukan kalamullah) diterima dan dijadikan ketetapan resmi oleh pemerintah.
Sedangkan umat manusia menunggu untuk mencatat pernyataan  (fatwa) beliau. Seandainya beliau tidak sabar menjaga kemurnian aqidah yang benar, dan menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk, niscaya manusia akan mengiktui beliau. Namun beliau tetap tegar dan tabah menerima semua ujian tersebut. Walaupun beliau harus mengalami penderitaan yang sangat. Pernah beliau mengalami 80 kali cambukan yang kalau seandainya cambukan tersebut diarahkan kepada seekor gajah niscaya ia akan mati. Namun beliau menerima semua itu dengan penuh kesabaran demi mempertahankan aqidah Ahlus Sunnah.
Sampai akhirnya, pada masa khalifah Al-Mutawakkil, beliau dibebaskan dari segala bentuk penyiksaan tersebut.
Wafat beliau rahimahullah
Pada Rabu malam tanggal 3 Rabi’ul Awal tahun 241 Hijriyah, beliau mengalami sakit yang cukup serius. Sakit beliau semakin hari semakin bertambah parah. Manusia pun berduyun-duyun siang dan malam datang untuk menjenguk dan menyalami beliau. Kemudian pada hari Jum’at tanggal 12 Rabi’ul Awal, di hari yang ke sembilan dari sakitnya, mereka berkumpul di rumah beliau sampai memenuhi jalan-jalan dan gang. Tak lama kemudian pada siang harinya beliau menghembuskan nafas yang terakhir. Maka meledaklah tangisan dan air mata mengalir membasahi bumi Baghdad. Beliau wafat dalam usia 77 tahun. Sekitar 1,7 juta manusia ikut mengantarkan jenazah beliau. Kaum muslimin dan bahkan orang-orang Yahudi, Nasrani serta Majusi turut berkabung pada hari tersebut.
Selamat jalan, semoga Allah merahmatimu dengan rahmat-Nya yang luas dan menempatkanmu di tempat yang mulia di Jannah-Nya.
Maraji’:
1. Musthalah Hadits karya Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin, hal. 63-66.
2. Pewaris Para Nabi hal. 49,55,91,94,173,1843. Mahkota yang hilang hal.39
4. Kitab Fadhail Ash-Shahabah jilid I hal 25-32.
5. Siyar A’lamin Nubala
6. Al-Bidayah wan Nihayah
7. Mawa’izh Al-Imam Ahmad
http://www.assalafy.org/mahad/?p=518#more-518

Renungan Untuk Para Pelaku Syirik

Hati-hati ikhwan wal akhwat sekalian,,sesungguhnya syirik baik besar/kecil, yang tampak/tidak, yang disadari/tidak....dapat menjerumuskan kita pada kekafiran, dan sesungguhnya orang kafir adalah penghuni kekal jahannam....Maka berhati-hatilah kita..dalam menjalankan kehidupan sehari-hari...sesungguhnya saat ini kita berada ditengah-tengah fitnah akhir zaman....

Akan Dibuat "Peta Jalan" Protokol Internasional Anti-penistaan Agama



 
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa.
Rabu, 03 Oktober 2012 
Hidayatullah.com--Indonesia akan membuat satu Peta Jalan untuk mewujudkan terbentuknya protokol internasional anti-penistaan agama, seperti diusulkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pekan lalu.

Pada saat yang sama, Indonesia akan bergerilya melakukan pendekatan ke berbagai kelompok negara, termasuk negara-negara yang memiliki prinsip absolut kebebasan berekpresi. Demikian disampaikan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Senin (1/10/2012).

"Sekarang kita sedang melihat tanggapan negara-negara, konstelasi saat ini bagaimana, baru nanti kita akan membikin `road map` (peta jalan, red)," kata Marty di Markas Besar PBB, New York, setelah melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Filipina dan pembukaan hubungan diplomatik Indonesia-Tuvalu.

Mengenai bentuk instrumen yang akan diterapkan secara internasional, Marty mengatakan, bermacam pilihan akan menjadi pertimbangan untuk dikemas, termasuk perjanjian internasional.

"Yang paling maksimum adalah (dalam bentuk) perjanjian internasional yang mengikat semua negara. Tapi itu tentunya upaya yang bukan tanpa masalah," ujarnya.

Pilihan lain yang bisa menjadi pertimbangan adalah model undang-undang anti-penodaan yang telah dimiliki suatu negara dan kemudian diterapkan di negara-negara lainnya.

"Dan mungkin ada semacam contoh undang-undang pada tingkat nasional, yang bisa disuarakan dan dianjurkan ke negara-negara untuk menciptakan suatu "national kit" (perangkat nasional) jika negara-negara ingin mempunyai undang-undang yang menyelaraskan masalah ekspresi," kata Menlu, dalam berita Antara.

Indonesia menyadari upaya membentuk instrumen internasional tidak akan mudah karena ada negara-negara yang menganut prinsip kebebasan absolut, seperti Amerika Serikat.

Presiden AS Barack Obama saat berpidato di Sidang Majelis Umum pekan lalu menegaskan bahwa bagaimanapun negaranya tidak akan melarang munculnya pernyataan-pernyataan penistaan agama karena hak berbicara sangat dilindungi oleh hukum.

Pada situasi seperti itu, Marty mengatakan bahwa upaya-upaya diplomasi akan dilancarkan Indonesia dengan menekankan pendekatan "menjembatani perbedaan" antara negara-negara dan pihak yang mendukung kebebasan berekspresi absolut dan pihak yang menolak ekspresi berisi penodaan agama.*


Ketika Anak Punk Berpikir Tentang Agama dan Tuhan



 
Foto Berwarna dari kiri ke kanan : Asep, Danang, Otoy Dan Anggi

APA yang Anda ketahui ketika mendengar kata Punk? Seorang pengamen dengan rambut berwarna di lampu merah? Penuh tato dan suka mabuk bahkan jauh dari agama? Pecinta musik yang suka meninggalkan sholat dan mungkin segudang penilaian negatif lainnya.
Namun, suasana di pinggir terminal Pulo Gadung ini terasa jauh berbeda. Sebuah rumah dua tingkat yang 65% bahan bangunannya terbuat dari papan. Ruangan tengah penuh dengan foto-foto dokumentasi. Semua foto itu seakan bercerita bagaimana sejak awal komunitas ini berdiri. Tepat didepan pintu masuk ada sebuah rak lemari berisi tumpukan Al Qur’an. Beberapa peralatan sablon. Suasana merakyat itu semakin lengkap dengan lantunan ‘Ujung Aspal Pondok Gede’ dari Iwan Fals. Dinyayikan bersama-sama dengan gendang rakitan sambil menghitung pendapatan dari mengamen hari ini.
“Ya beginilah anak-anak, siang mengamen mikirin dapet duit, malamnya kita istirahat. Kalau hari Senin wajib untuk ikut pengajian. Biasa bang siraman ruhani cieeeeee.....” Jelas Otoy salah satu anggota komunitas Punk Muslim langsung di soraki teman-temannya penuh canda dan persaudaraan, Senin (03/09/2012).
“Gaya lo Toy..toy” Celetuk seorang rekan Punk Muslim lainnya.
Beberapa orang seperti Anggi, Otoy, Danang dan sekitar 20 anggota Punk Muslim hari ini berkumpul di markas Punk Muslim tersebut. Setengah dari jumlah tersebut baru tiba dari mengamen keliling kota. Tidak berapa lama, Asep salah satu anggota senior tiba dari kampungnya setelah melaksanakan mudik Lebaran. Hari ini adalah jadwal pengajian mereka disetiap hari senin.
Setelah menunggu dari pukul 19.00WIB, tepat pukul 23.30 WIB acara pengajianpun dimulai. Materi tentang kesesatan Syiah-pun dikupas tuntas oleh sang ustad yang juga merupakan penggerak dakwah di jalanan Jakarta.
Ada yang garuk-garuk kepala, ada yang tertidur karena begitu lelah. Ada juga yang mencatat dan mendengarkan dengan khusyu kajian sang Ustad yang sudah seperti ayah sendiri bagi anak-anak ini.
Inilah sehari-hari mereka. Siang hari mereka disibukkan dengan mencari nafkah. Hampir semua anggota Punk sejak berumur belia tidak biasa meminta uang kepada orangtua mereka. Sejak kecil mereka sudah terbiasa mencari makan sendiri di jalanan yang keras.
Mengamen, menjadi kuli bangunan, berjualan pulsa hingga membuka warung kelontongan secara kolektif (patungan).
“Sebenarnya makan nggak makan asal ngaji bang hahahahah,” celetuk Anggi yang sudah dua tahun bergabung di komunitas ini sambil disahuti tawa riang gembira kawan-kawan lainnya.
Lelaki bernama lengkap Anggi Setiawan ini sebelumnya anak pelarian dari rumah. Dia memakai pernak-pernik Punk sendiri karena ikut-ikutan pergaulannya. Sama dengan Punk Muslim lainnya ketika menceritakan masa lalu mereka. Anggi sendiri tidak pernah tahu apa arti dan tujuan dari Punk. Bagi Anggi kalau dia tidak ikut mabuk, ngelem (mabuk menghisap uap lem aibon), memakai tindikan di kuping hingga merokok dia akan dianggap norak sama teman-temannya dulu.
Antara Tato dan Sholat
Ada pengalaman menarik yang dialami Anggi. Suatu ketika saat sedang mengamen di daerah Cakung, Jakarta Timur. Ia ditangkap razia polisi pamong praja (Pol PP). Punk Muslim yang memiliki tim advokasi anak jalanan langsung memberikan bantuan kepadanya. Setelah keluar dari penjara ia lantas menetap di Warung Udik Pulo Gadung. Warung Udik adalah nama lain dari markas Punk Muslim ini.
Punk Muslim bikin gue ngerti akhirnya apa tujuan hidup yang sebenarnya, Punk Muslim bikin gue sadar fitrah hidup gue bang, gue (fitrahnya) Islam dan karena itu gue takut Allah nggak ridho sama gue,” jelas lelaki kelahiran Jakarta, 17 Agustus 1993 ini.
Rahmat Purwadipun atau Danang menambahkan kisah sahabatnya Anggi tersebut. Lelaki kelahiran Jakarta, 23 Januari 1991 ini sangat jauh dari agama. Kebenciannya terhadap ketidakadilan membuat dia tidak peduli pada apapun selain bertahan hidup. Perkelahian, kekerasan sudah menjadi bagian hidupnya. Sebagai seorang Punk Jalanan hukum rimba akan selalu berlaku. Konsep persamaan hak juga sebenarnya tidak ada. Karena pada dasarnya di dalam punk juga terdapat penindasan.
“Ya namanya kita nggak mau mabok terus dipaksa mabok kan penindasan juga bang...,” jelas lelaki ini kepada hidayatullah.com.
Jauh dari sholat, tidak ada keteraturan dan tujuan hidup telah melekat dalam hidupnya. Semua itu seratus persen berubah saat ini. Danang ikini cenderung lebih pendiam dan tenang. Dia jarang bicara kecuali perlu. Menjaga diri dari perkataan dan perilaku yang tidak bermanfaat telah membuatnya menjadi seorang pendiam.
Danang sadar, jika kita tidak mau disakiti orang lain maka kita jangan menyakiti orang. Itulah yang menyebabkan ia jarang bercanda, teringat masa lalu ia sering bertengkar karena salah paham dalam bercanda.
“Sekarang gue ngerti kenapa gue harus ngejar surga. Hidup udah kayak neraka buat gue, masa setelah mati gue ketemu neraka lagi,” jelas Danang yang kini selalu menjaga sholat 5 waktunya.
Sementara Sarkam atau biasa dipanggil Asep punya kisah yang lebih mendalam. Rasa bersalahnya atas tato yang sudah terlanjur melekat terus menghantui.
Asep memang satu-satunya yang memiliki tato paling banyak di antara anggota Punk Muslim lainnya. Beragam kisah masa lalunya hampir sama dengan Anggi dan Danang.
Namun, Asep lebih banyak merasa rendah diri ketika tampil di depan umum. Keinginannya untuk segera memiliki pinangan hidup begitu dalam. Seiring itu, dia sering merasa tidak percaya diri. Semua itu bukan karena masa lalu semata, tapi juga karena tato yang terlanjur menempel di sekujur lengannya.
“Gue sadar gue masih Islam turunan meski gabung Punk Muslim tidak lantas ini ngejamin gue masuk surga. Tapi setidaknya gue punya harapan buat ngejar ampunan Allah setelah dibina di Punk Muslim,” jelas lelaki kelahiran Kuningan, 17 Agustus 1988 ini.
Asep bercerita melepaskan diri dari kehidupan Punk menjadi seorang Muslim tidak mudah. Bahkan sering godaan-godaan untuk mabuk dan bermaksiat lagi datang. Beruntung di komunitas ini ada banyak saudara yang saling mengingatkan. Bahkan saling menutupi aib untuk tetap saling memotivasi. Saat ini Asep memulai bisnis warung kelontong dan jualan kayu bangunan.
“Kalau lagi lemah iman, gue cari kesibukan atau gue banyak-banyakin ngumpul sama teman-teman di markas ini,” jelas Asep lagi.
Semua hal itu dibenarkan oleh Iip Iswaryadi atau biasa dipanggil Otoy. Lelaki kelahiran 8 Februari 1983 ini termasuk yang dituakan di komunitas. Buat dia Punk Muslim adalah hal yang gampang untuk didefinisikan.Punk Muslim adalah kemandirian dari akidah hingga ekonomi.
Secara ekonomi anak-anak tidak mau disebut miskin. Anak-anak Punk Muslim menolak mengemis bantuan donatur. Secara akidah Punk Muslim wewajibkan anggota mengikuti pengajian tiap hari Senin malam.
“Kita biayain markas aja ini ngontraknya dari ngamen, dulu pernah dibantu lembaga zakat, tapi gitu ribet ngurusnya dan bantuannya juga formalitas doang,” jelas Otoy.
Selain mengamen dan bisnis kayu. Punk Muslim juga bisa menyablon. Biasanya mereka merilismerchandise komunitas untuk dijual. Hasil penjualannya untuk biaya mengurus dan biaya bayar sewa markas.
Dulu Punk Muslim memang sering bekerja sama dengan lembaga zakat tertentu. Namun semua itu sudah ditinggalkan. Pasalnya, mereka sedih dengan pola birokrasi yang ada di lembaga zakat tersebut.
“Ya bingung aja bang, masa kita harus urus ini dan itu yang kita sendiri baca aja nggak semua bisa. Bikin KTP aja susah,” jelasnya.
Dua buah bendera berkibar di lantai dua markas Punk Muslim. Bendera Merah Putih dan Bendera Palestina. Usai pengajian tepat dipukul 01.30 Dini hari. Setelah mereka menyiapkan sajian mie instant. Semua dibeli secara kolektif. Mie Instant untuk sang Ustad, tim Hidayatullah dan para anggota Punk Muslim. Santapan lezat dini hari apalagi cuaca dingin seusai pengajian begitu terasa. Pukul 03.00 dini hari Ustadpun izin pulang karena ada jadwal dakwah siang nanti.
Sunyi suasana Pulo Gadung dini hari itu. Laju motorpun meninggalkan tempat dimana para petarung itu telah menjalani kemerdekaan. Ketika tidak setiap orang justru mampu menemukannya. Anggi, Danang, Asep, Otoy dan lainnya telah kembali menasehati kita tentang rasa syukur. Tentang ketangguhan melawan keterbatasan. Tentang menang melawan diri sendiri. Bahkan sering terasa mereka telah dewasa lebih cepat dari umur mereka.
Pelan-pelan komunitas Punk Muslim, berproses menjadi Muslim dan meninggalkan total subkultur Punk yang identik dengan kebebasan tanpa aturan agama.
“Buat kami ini revolusi bung!” tegas Otoy.*